Jumat, 11 Mei 2012

MENUJU PENGOBATAN THIBBUN NABAWI. 1


    
Sungguh di dalam Alqur’an terdapat petunjuk dalam menjalani kehidupan, apabila kita mendalami Al-Qur`a kemudian dipadukan dengan pendalaman kepada As-sunah maka akan ditemukan berbagai pengetahuan,mulai dari iptek, sosial politik, perekonomian bahkan mengenai keilmuan pengobatan. Menitik beratkan pada masalah pengobatan, semakin banyak kita akan menemukan cara-cara sederhana dan efektif untuk menyembuhkan bermacam-macam penyakit.
Pengobatan yang sumber keilmuanya dari nabi, maka disebut dengan pengobatan thibbun nabawi. Pengobatan nabi (Thibbun Nabawi) menjadi suatu pengobatan alternatif bernuansa religi yang mulai banyak diminati. Karena dengan sedikitnya biaya yang digunakan, pengobatan ini telah berhasil menyembuhkan berbagai macam penyakit kronis yang biasanya hanya bisa disembuhkan dengan biaya pengobatan yang sangat tinggi. Metode-metode pengobatan dengan bekam, Madu, habbatus sauda’, minyak zaitun, kam’ah, itsmid, talbinah, qusthul bahri, dan lain-lain sebagai bagian dari pengobatan nabawi telah menampakkan eksistensinya sebagai obat mujarab yang menyembuhkan semua jenis penyakit, selain penyakit ketuaan, dengan izin Alloh.
Jabir radhiallahu 'anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: “Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.” (HR. Muslim) . Thibbun Nabawi Pada hakikatnya adalah suatu pengobatan sunnah Rasululloh SAW. Sebagaimana Hadist Rasul yaitu :
الشفاء في ثلاث شربة عسل و شرطة محجم وكية بنار وأمّتى عن الكيّ
” Kesembuhan terdapat dalam 3 hal : yakni minum Madu, sayatan alat bekam dan sundutan api (kay), dan Aku melarang umatku untuk berobat menggunakan sundutan api (kay)”.
Mengacu kepada hadits diatas, disampaikan bahwa kesembuhan sebuah penyakit disarankan dalam 3 hal pengobatan, melalui Madu, melalui bekam dan melalui kay, namun Rosululloh Muhammad melarang untuk mengunakan pengobatan dengan kay ( kay adalah pengobatan kuno, dengan menggunakan media besi panas yang kemudian ditempelkan kepada bagian yang sakit ), dengan demikian sedikit akan kita jabarkan pengetahuan tentang Madu dan Bekam.

A. Madu dan Maanfaat Bagi Kesehatan.
Menyinggung tentang Madu, maka yang yang terbayang akan kelezatan rasanya, manis, menyehatkan, dan tentu yang sangat penting adalah mengenai lebah. Dalam Al-Quran pembahasan mengenai lebah memiliki tempat yang sangat khusus, sehingga Allah SWT menurunkan surat tersendiri dalam surat An-Nahl, lebih spesifik lagi dijelaskan pada ayat 68-69 , yang artinya :
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah; “…kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)”. Dari perut lebah itu keluar minuman (Madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat penawar yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan”.
Ayat tersebut diatas menjelaskan keutamaan Madu lebah dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita oleh manusia, maka sudah sewajarnya apabila kita meyakini Madu sebagai salah satu obat yang mujarab.


Senin, 07 Mei 2012

Mencari Jati Diri Pemimpin Sejati

Mengupas Tipis “ Ngudanaken Sabarang Reh Arum-arum Amanjingaken Reroso “
Mencari Jati Diri Pemimpin Sejati

Batara Surya
Citra lemah lembut tradisi jawa , semakin memudar diantara himpitan jaman. Semakin hilang dan dilupakan dari tradisi yang “njawani”. Memotong kisah dan tradisi dalam kitab-kitab jawa tentang, Hastha Brata, Hastha berarti yang delapan , sedangkan Brata, berarti sifat, yang berarti sifat yang delapan, dalam terminology jawa hasta brata merupakan pedoman dasar  menjadi  seorang pemimpin, jika kedelapan sifat tersebut  sudah bisa terpenuhi maka sudah layak untuk menjadi seorang pemimpin, paling tidak berusaha memenuhi sifat yang delapan tersebut.
Ajaran Hasta Brata, terdapat dalam 3 versi, salah satunya adalah versi  Babad Sangkala, Delapan sifat yang harus dimaknai seorang pemimpin yaitu :
1. Meniru sifat matahari
2. Meniru sifat bulan
3. Meniru sifat bintang
4. Meniru sifat angin
5. Meniru sifat api
6. Meniru sifat Mendung
7. Meniru sifat Air
8. Meniru sifat bumi
Menyerap Kearifan Sifat  yang Delapan
1.   Meniru Sifat Matahari :  Sabar dan waspada terhadap segala tindak tanduk, tidak semua barang yang  diinginkan diambil semua, segala sesuatu yang dijemur dibawah terik matahari tidak serta merta dikeringkan , tindak tanduknya selalu cermat, dan penuh perhitungan , dia tidak akan kesulitan  memelihara apa saja yang didapatkanya meskipun hal tersebut rumit.
2.   Meniru Sifat Bulan : Bisa membuat Susana perasaan sejuk, budinya halus dan ramah, selalu menyebarkan suasana harum dan memenuhi rata keseluruh penjuru alam.
3.   Meniru Sifat Bintang : Pendirianya sangat sentausa, tidak mudah goyah , hati-hati, penuh kewaspadaan, selalu baik kepada siapa saja dan tidak pernah berburuk sangka.
4.   Meniru Sifat Angin : Selalu cermat dan hati-hati, selalu mengikuti dan mengamati tindak tanduk manusia , bisa berada dalam tempat besar  maupun  tempat kecil , keberadaanya sangat penting dan berguna , perjalanannya bisa menembus tanpa batas, kemauanya tidak bisa diketahui , jika keberadaanya ditolak dia tidak marah, tetapi bila dibutuhkan tidak berlaku sombong.
5.   Meniru Sifat Api :  Menjaga dari kejahatan, mampu menghancurkan kotoran bumi, memusnahkan yang terasa tidak baik, memberikan penerangan bagi yang gelap, jika disusutkan keberadaanya, tidak resah hatinya.Sifatnya bisa sabar dan bisa kasar, tergantung kepada yang sedang dialami.
6.   Meniru Sifat Mendung : Suka berderma dan suka menghukum yang salah, bersikap adil kepada siapa saja, dermanya akan berujud hujan turun sedangkan hukumanya kepada yang salah berupa halilintar, sifat adilnya berupa baik buruknya perilaku manusia, cahaya kilat itulah yang menjadi alat untuk  mengetahuinya, yang jahat akan dihukum dan yang baik akan diberi ganjaranya.
7.   Meniru Sifat Air : Selalu menyejukkan dengan cara memaafkan kesalahan sesama  manusia, mampu menyenangkan hati dan tidak mudah membenci, ketika air itu diambil maka akan bertambah lagi dan tidak ada habisnya.
8.   Meniru Sifat Bumi : Selalu berderma untuk menyenangkan manusia, dermanya berupa apa saja yang tumbuh dibumi, dia ikhlas semuanya diambil manusia. Tumbuhan tersebut tidak tumbuh bila bumi tidak ikhlas diambil manusia, meskipun badanya digali dan dicangkuli, dia tidak resah, malah kadang dia memperlihatkan harta benda yang dikandungnya sehingga menyenangkan bagi yang menggalinnya.

Memaknai  falsafah yang sudah disebutkan diatas tidaklah mudah, tetapi paling tidak ada hal yang paling mengesankan bagi saya pribadi, dengan nama “Suryo”, seolah saya akan mengikuti falsafah Bathara Surya yang dalam Versi kepemimpinan menurut Ramayana Kakawin, menyebutkan istilah   “ Ngudanaken Sabarang Reh Arum-arum Amanjingaken Reroso “  yang diartikan : Tindakanya lemah lembut, segala tingkah lakunya halus dan manis , meresapkan perasaan sejuk yang ditempati.  Tidaklah berlebihan kiranya apabila kita mengambil sesuatu yang baik kemudian diresapi dan dipraktekan dalam wujud yang nyata dalam hidup.
Terlepas dari  semua sifat yang disebutkan, bangsa ini sedang mengalami “krisis kepemimpinan”, andai saja segelintir pemimpin yang dalam nadinya mengalir darah “Jawa” , kemudian sadar akan budayanya yang  adiluhung (besar) dan Berani menyikapi dan menerapkan HASTA BRATA, tentunya Negara ini akan makmur.
Menjadi pemimpin yang sabar, adil , tegas, menyemangati rakyat, mampu memberikan pencerahan kepada rakyat , serta membuat keberadaan negara kuat, damai dan berwibawa, inilah yang dicari, ditunggu dan didambakan semua rakyat.


Jumat, 04 Mei 2012

Tawuran dan Degradasi Moral


“ Jakarta .Polisi masih mengejar pelaku pembunuhan terhadap siswa SMA yang tewas di Bekasi, Jabar, karena tawuran, Kamis (3/5) malam. Polisi sudah mengumpulkan beberapa saksi untuk mencari pelaku tindak keji tersebut. "Korban tewas atas nama Bayu Dwi (16), luka bacok bagian bahu, tangan kanan, dan kepala," kata Wakapolres Bekasi Kota, AKBP Lukas Akbar, dalam pesan singkatnya kepada wartawan,  (detikNews, Jumat, 04/05/2012 08:38 WIB) “
Sepenggal  alenia diatas, adalah potongan berita terpanas minggu ini, yang tergaris dalam pikiran saya saat ini. Adalah kengerian, sadis, bejat, tak bermoral, goblok, iblis, atau entah apalah kata yang cocok untuk menggambarkan si pelaku pengeroyokan, ketika membabatkan senjata tajam ketubuh korban.entah apa yang ada dalam otaknya saat itu. Kriminalitas semakin menjadi, kekerasan seolah menjadi suatu yang lumrah dan wajar, Untuk menyelesaikan masalah dengan cara instant atau cepat.  
Perampokan, terjadi pembunuhan. Polisi dan TNI pegang senjata diselewengkan, terjadi pembunuhan. Mahasiswa tawuran, terjadi pembunuhan.Pelajar tawuran terjadi pembunuhan apanya yang salah dengan bangsa ini..?, sepintas mereka orang berpendidikan,orang yang paham mana yang salah dan mana yang benar. Kebobrokan moral mungkin yang perlu digaris bawahi, di Negara yang katanya bermoral pancasila, Negara yang katanya mayoritas muslim, bahkan disebut salah satu Negara muslim terbesar.Yang terjadi  adalah Degradasi moral.

Berantas Tawuran Dengan  Pendidikan
Kemajuan jaman, era globalisasi dan matinya kontrol budaya yang dituding menjadi akar permasalahan kekerasan bangsa ini, perkembangan dunia teknologi menpercepat aliran informasi yang menjadikan perubahan pada pola pikir masyarakat, ketauladanan yang minim menciptakan plagiat baru pada sisi sosial dan budaya,yang sebenarnya tak pantas dipakai oleh bangsa ini. Lalu kemanakah peran pendidikan,  yang bisa diharapkan menciptakan berubahnya pola pikir masyarakat?. Tidak etis kiranya apabila saling menuding dan menyalahkan. Seharusnya diri kita masing-masing yang menanyakan kepada pribadi  bagaimana mengembangkan pendidikan. Menurut pendapat pribadi, hal yang perlu dibenahi adalah dikembangkanya 4 pokok pendidikan sebagai berikut:
1.    Pendidikan dalam keluarga
Keluarga adalah bagian masyarakat yang paling kecil, disinilah hal paling besar dimulai, orang tua adalah kontrol pendidikan yang paling efektif.  Islam memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yang demikian inilah yang akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga sebagaimana perintah Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS at-Tahrim : 6 )
Pendidikan akhlak anak merupakan kewajiban orang tua bagi anaknya dan merupakan  pemberian paling utama orangtua kepada anaknya sebagaimana sabda Nabi saw.
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : "أكرموا أولادكم وأحسنوا أدبهم "(رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك
Muliakanlah anak-anak kamu dan baguskanlah akhlaknya. (H.R. Ibnu Majah)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ  (رواه أحمد)
”Tidak ada yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih utama dari budi pekerti yang baik.”
Budi pekerti yang harus diajarkan pertama kali kepada anak adalah budi pekerti sehari-hari yang dengannya ia berinteraksi dengan orangtua, keluarga dan orang lain.
2.    Pendidikan Sekolah
Pendidikan karakter yang sedang digiatkan saat ini merupakan hal baik yang harus didukung dan dikembangkan.  Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia  : 1)Yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, 2) Berakhlak mulia, 3) Sehat, 4) Berilmu, 5) Cakap, 6) Kreatif, 7) Mandiri, dan 8) menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3.    Pendidikan Sosial Budaya
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk bermasyarakat dan berbudaya, dan masyarakat menuntut setiap individu mampu hidup demikian. Namun karena manusia tidak secara otomatis mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya, maka masyarakat melakukan pendidikan atau sosialisi (socialization) dan atau enkulturasi (enculturation). Dengan demikian diharapkan setiap individu mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya sehingga tidak terjadi penyimpangan tingkah laku terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Masyarakat di definisikan Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama  cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”; sedangkan Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Koentjaraningrat (1985)  mendefinisikan  kebudayaan sebagai “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.

4.    Pendidikan Iptek
Akibat produk modernisasi seperti televisi, HP ataupun internet, kita dapat melihat bahwa tak ada bedanya gaya hidup masyarakat kota dengan masyarakat desa. Budaya barat yang dahulu hanya di adaptasi dan di tiru oleh masyarakat kota, dengan adanya kemajuan teknologi juga telah melanda masyarakat di pedesaan. Budaya tolong menolong yang dahulu lekat dengan masyarakat desa, lambat laun berkurang meski tidak hilang sama sekali, berganti dengan budaya individualistik. Budaya santun dan lugu yang juga menjadi ciri khas masyarakat pedesaan perlahan mulai pudar dan berganti dengan budaya urakan yang dengan bangga mereka sebut dengan istilah gaul.
Setiap perubahan membawa pengaruh positif ataupun negatif, disinilah peran sebagai orang tua di butuhkan untuk dapat membimbing dan mengarahkan anak remaja agar tidak kehilangan kontrol dirinya (self control). Seyogyanya pula sebagai orang tua, selalu memantau perkembangan anak, dengan tanpa mengekang kreatifitas ataupun dunia anak. Karena anak memiliki dunianya sendiri, dimana mereka tinggal dengan segala imajinasi dan juga teman-teman yang mereka miliki. Tugas orang tua lah mendidik dan mengarahkan agar nanti dunia anak kita tidak hanya menjadi dunia yang dipenuhi dengan kegelapan, tapi juga dunia yang diwarnai dengan keceriaan dan kebahagiaan serta dunia dimana mereka menilai citra dirinya (image of self) secara positif dan memiliki rasa percaya diri (self esteem).
Untuk memulai perubahan harus ada tindakan, mulailah dari diri kita dan keluarga, karena apabila kita cermati lebih detail, faktor-faktor diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan yang paling berkesan dan mencetak karakter anak adalah pendidikan yang dibangun dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua yang menjadi faktor utama dalam mendidik anak menjadi manusia yang berkarakter dan bermoral. Pendidikan jangan terlalu dibebankan pada pendidikan formal saja, sedangkan dirumah orang tua saling acuh terhadap perkembangan anak, sibuk dengan pemenuhan materi dan keduniawian.
Akhir yang diharapkan adalah “ Mari kita Stop Tawuran”  dari rumah kita masing-masing, didik anak-anak dengan kasih sayang, perhatian, dengan akhlak , dan contoh yang baik  serta landasi dengan pendidikan agama, maka tidak ada lagi dikemudian hari ada berita ,pelajar tewas karena tawuran. SEMOGA..