“ Jakarta .Polisi masih mengejar pelaku pembunuhan terhadap siswa SMA yang tewas di Bekasi, Jabar, karena tawuran, Kamis (3/5) malam. Polisi sudah mengumpulkan beberapa saksi untuk mencari pelaku tindak keji tersebut. "Korban tewas atas nama Bayu Dwi (16), luka bacok bagian bahu, tangan kanan, dan kepala," kata Wakapolres Bekasi Kota, AKBP Lukas Akbar, dalam pesan singkatnya kepada wartawan, (detikNews, Jumat, 04/05/2012 08:38 WIB) “
Sepenggal alenia diatas, adalah potongan berita terpanas minggu ini, yang tergaris dalam pikiran saya saat ini. Adalah kengerian, sadis, bejat, tak bermoral, goblok, iblis, atau entah apalah kata yang cocok untuk menggambarkan si pelaku pengeroyokan, ketika membabatkan senjata tajam ketubuh korban.entah apa yang ada dalam otaknya saat itu. Kriminalitas semakin menjadi, kekerasan seolah menjadi suatu yang lumrah dan wajar, Untuk menyelesaikan masalah dengan cara instant atau cepat.
Perampokan, terjadi pembunuhan. Polisi dan TNI pegang senjata diselewengkan, terjadi pembunuhan. Mahasiswa tawuran, terjadi pembunuhan.Pelajar tawuran terjadi pembunuhan apanya yang salah dengan bangsa ini..?, sepintas mereka orang berpendidikan,orang yang paham mana yang salah dan mana yang benar. Kebobrokan moral mungkin yang perlu digaris bawahi, di Negara yang katanya bermoral pancasila, Negara yang katanya mayoritas muslim, bahkan disebut salah satu Negara muslim terbesar.Yang terjadi adalah Degradasi moral.
Berantas Tawuran Dengan Pendidikan
Kemajuan jaman, era globalisasi dan matinya kontrol budaya yang dituding menjadi akar permasalahan kekerasan bangsa ini, perkembangan dunia teknologi menpercepat aliran informasi yang menjadikan perubahan pada pola pikir masyarakat, ketauladanan yang minim menciptakan plagiat baru pada sisi sosial dan budaya,yang sebenarnya tak pantas dipakai oleh bangsa ini. Lalu kemanakah peran pendidikan, yang bisa diharapkan menciptakan berubahnya pola pikir masyarakat?. Tidak etis kiranya apabila saling menuding dan menyalahkan. Seharusnya diri kita masing-masing yang menanyakan kepada pribadi bagaimana mengembangkan pendidikan. Menurut pendapat pribadi, hal yang perlu dibenahi adalah dikembangkanya 4 pokok pendidikan sebagai berikut:
1. Pendidikan dalam keluarga
Keluarga adalah bagian masyarakat yang paling kecil, disinilah hal paling besar dimulai, orang tua adalah kontrol pendidikan yang paling efektif. Islam memberikan tanggung jawab yang begitu agung kepada keluarga baik dia seorang ayah maupun ibu untuk memberikan pendidikan, pengetahuan, dakwah dan bimbingan kepada anggota keluarga. Pembinaan yang demikian inilah yang akan menyelamatkan dan memberikan penjagaan kepada diri dan keluarga sebagaimana perintah Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS at-Tahrim : 6 )
Pendidikan akhlak anak merupakan kewajiban orang tua bagi anaknya dan merupakan pemberian paling utama orangtua kepada anaknya sebagaimana sabda Nabi saw.
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : "أكرموا أولادكم وأحسنوا أدبهم "(رواه ابن ماجه عن أنس بن مالك
Muliakanlah anak-anak kamu dan baguskanlah akhlaknya. (H.R. Ibnu Majah)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ (رواه أحمد)
”Tidak ada yang diberikan orang tua kepada anaknya yang lebih utama dari budi pekerti yang baik.”
Budi pekerti yang harus diajarkan pertama kali kepada anak adalah budi pekerti sehari-hari yang dengannya ia berinteraksi dengan orangtua, keluarga dan orang lain.
Budi pekerti yang harus diajarkan pertama kali kepada anak adalah budi pekerti sehari-hari yang dengannya ia berinteraksi dengan orangtua, keluarga dan orang lain.
2. Pendidikan Sekolah
Pendidikan karakter yang sedang digiatkan saat ini merupakan hal baik yang harus didukung dan dikembangkan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia : 1)Yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, 2) Berakhlak mulia, 3) Sehat, 4) Berilmu, 5) Cakap, 6) Kreatif, 7) Mandiri, dan 8) menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3. Pendidikan Sosial Budaya
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk bermasyarakat dan berbudaya, dan masyarakat menuntut setiap individu mampu hidup demikian. Namun karena manusia tidak secara otomatis mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya, maka masyarakat melakukan pendidikan atau sosialisi (socialization) dan atau enkulturasi (enculturation). Dengan demikian diharapkan setiap individu mampu hidup bermasyarakat dan berbudaya sehingga tidak terjadi penyimpangan tingkah laku terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Masyarakat di definisikan Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”; sedangkan Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Koentjaraningrat (1985) mendefinisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.
4. Pendidikan Iptek
Akibat produk modernisasi seperti televisi, HP ataupun internet, kita dapat melihat bahwa tak ada bedanya gaya hidup masyarakat kota dengan masyarakat desa. Budaya barat yang dahulu hanya di adaptasi dan di tiru oleh masyarakat kota, dengan adanya kemajuan teknologi juga telah melanda masyarakat di pedesaan. Budaya tolong menolong yang dahulu lekat dengan masyarakat desa, lambat laun berkurang meski tidak hilang sama sekali, berganti dengan budaya individualistik. Budaya santun dan lugu yang juga menjadi ciri khas masyarakat pedesaan perlahan mulai pudar dan berganti dengan budaya urakan yang dengan bangga mereka sebut dengan istilah gaul.
Setiap perubahan membawa pengaruh positif ataupun negatif, disinilah peran sebagai orang tua di butuhkan untuk dapat membimbing dan mengarahkan anak remaja agar tidak kehilangan kontrol dirinya (self control). Seyogyanya pula sebagai orang tua, selalu memantau perkembangan anak, dengan tanpa mengekang kreatifitas ataupun dunia anak. Karena anak memiliki dunianya sendiri, dimana mereka tinggal dengan segala imajinasi dan juga teman-teman yang mereka miliki. Tugas orang tua lah mendidik dan mengarahkan agar nanti dunia anak kita tidak hanya menjadi dunia yang dipenuhi dengan kegelapan, tapi juga dunia yang diwarnai dengan keceriaan dan kebahagiaan serta dunia dimana mereka menilai citra dirinya (image of self) secara positif dan memiliki rasa percaya diri (self esteem).
Untuk memulai perubahan harus ada tindakan, mulailah dari diri kita dan keluarga, karena apabila kita cermati lebih detail, faktor-faktor diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan yang paling berkesan dan mencetak karakter anak adalah pendidikan yang dibangun dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua yang menjadi faktor utama dalam mendidik anak menjadi manusia yang berkarakter dan bermoral. Pendidikan jangan terlalu dibebankan pada pendidikan formal saja, sedangkan dirumah orang tua saling acuh terhadap perkembangan anak, sibuk dengan pemenuhan materi dan keduniawian.
Akhir yang diharapkan adalah “ Mari kita Stop Tawuran” dari rumah kita masing-masing, didik anak-anak dengan kasih sayang, perhatian, dengan akhlak , dan contoh yang baik serta landasi dengan pendidikan agama, maka tidak ada lagi dikemudian hari ada berita ,pelajar tewas karena tawuran. SEMOGA..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar