Selasa, 04 Desember 2012

Membumikan Kejujuran


Membaca judul opini ini, kelihatanya terlalu berat, dimasa kita memijak bumi hingga umur saat ini, betapa tidak, kejujuran seolah barang langka yang semakin lusuh dan lenyap diperedaran kehidupan kita, mulai dari institusi negara, petinggi negara sampai pada lingkungan keluarga, banyak berlaku tidak jujur,contoh nyatanya adalah korupsi. Korupsi merupakan implikasi sebuah ketidak jujuran. Bisa dibayangkan apabila pemimpin institusi tinggi saja tidak bisa memberikan contoh yang baik, tentu masyarakatnya akan ikut latah untuk menirunya.
  Ada pepatah di pinggiran jawa sana mengatakan “wong jujur malah ajur”, maksudnya orang yang berlaku jujur malah hancur. Kejujuran sudah semakin langka dan banyak dimusuhi, ataukah mungkin sudah menjadi sunatullah,  bahwa melakukan hal yang baik lebih susah dari melakukan maksiat dan perbuatan dosa. Dalam sebuah hadist diriwayatkan :
“Sesungguhnya kejujuran membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur  dan membiasakan untuk jujur hingga dicatat disisi Allah sebagai seseorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta membimbing pada kejahatan dan kejahatan akan membimbing keneraka. Dan seorang hamba senantiasa berdusta dan membiasakan untuk dusta hingga di catat disisi Allah sebagai seorang pendusta. “(HR.Al-Bukhari. No.6094 dan Muslim No.2607).
Masih banyak hadist dan ayat Al-qur’an yang mengupas tentang kejujuran, bahkan Allah menuntun untuk mencontoh sikap jujur dari Rosulullah, atau sebagai uswatun hasanah. Memupuk sebuah kejujuran bukanlah cara yang gampang namun patut kita jalankan dan dicobakan, berkata jujur memang pahit dan tentu banyak musuhnya, banyak berlawanan dengan orang-orang yang berkepentingan lain. Allah menyampaikan selemah-lemahnya iman manusia adalah dengan diam, apabila tidak berdaya berhadapan dengan kedzoliman, maukah kita dicap sebagai orang yang beriman lemah bahkan yang mengatakan adalah yang memberikan nafas kepada hidup kita..?.
   Keluarga adalah benteng paling pertama untuk memupuk subur kejujuran, jangan lagi berlaku mencontohkan ketidak jujuran kepada keluarga kita, anak-anak kita, yang dilakukan seolah tidak sadar, semisal kita sebagai orang tua kedatangan tamu dirumah sementara kondisi badan lagi malas atau tidak suka dengan tamu yang datang, kemudian menyuruh anak kita untuk bilang bahwa orang tuanya tidak ada, sementara kita mengajarkan untuk berbuat jujur kepada anak kita, tingkah orang tua tersebut dianggap anak adalah sebuah pembenaran untuk berlaku tidak jujur, hal ini akan terekam sampai kehidupan si anak dewasa nantinya. Masih banyak contoh kecil yang seolah kita anggap sebagai pembenaran atas sikap tidak jujur, namun sebenarnya hal demikian adalah fatal untuk pendidikan anak.
   Membumikan kejujuran dapat terwujud manakala ia selalu belajar menjalani kehidupan ini dengan lima hal, yaitu iman, ikhlas, ihsan, ilmu, dan istiqamah. Dengan iman, kita yakin Allah pasti mengawasi dan mencatat seluruh amal perbuatannya. Dengan ikhlas, kita dididik untuk melakukan sesuatu dengan mengharapkan ridha Allah. Dengan ihsan, kita akan berbuat yang terbaik untuk orang lain. Dengan ilmu, kita tahu perbuatan halal dan haram. Dan, dengan istiqamah, kita belajar mengawal kebaikan dan kebenaran yang sudah dibiasakannya menjadi lebih baik dan lebih diridhai Allah SWT.
“Tiga golongan manusia yang pada hari kiamat kelak tidak akan dipandang oleh Allah dengan rahmat-Nya, bahkan mereka itu akan memperoleh siksaan yang menyakitkan, yaitu orang tua yang berbuat zina, penguasa yang berdusta, dan orang melarat yang sombong.” (HR Muslim).
Tidak perlu berkata banyak untuk membumikan berbuat jujur, mulailah dari kita sendiri, sekalipun sering kali terjadi benturan, konflik dan pertentangan, berhadapan dengan kedzaliman adalah perjuangan berat, tetapi paling tidak kebaikan kita berbuat jujur, dimata Allah.SWT, kita sudah dicatat termasuk kedalam golongan orang yang jujur.Wuallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar