Membaca judul opini ini, kelihatanya terlalu berat, dimasa kita memijak bumi hingga umur
saat ini, betapa tidak, kejujuran seolah barang langka yang semakin lusuh dan
lenyap diperedaran kehidupan kita, mulai dari institusi negara, petinggi negara
sampai pada lingkungan keluarga, banyak berlaku tidak jujur,contoh nyatanya
adalah korupsi. Korupsi merupakan implikasi sebuah ketidak jujuran. Bisa
dibayangkan apabila pemimpin institusi tinggi saja tidak bisa memberikan contoh
yang baik, tentu masyarakatnya akan ikut latah untuk menirunya.
Ada
pepatah di pinggiran jawa sana mengatakan “wong jujur malah ajur”, maksudnya
orang yang berlaku jujur malah hancur. Kejujuran sudah semakin langka dan
banyak dimusuhi, ataukah mungkin sudah menjadi sunatullah, bahwa melakukan hal yang baik lebih susah
dari melakukan maksiat dan perbuatan dosa. Dalam sebuah hadist diriwayatkan :
“Sesungguhnya kejujuran
membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Dan seseorang
senantiasa jujur dan membiasakan untuk jujur
hingga dicatat disisi Allah sebagai seseorang yang jujur. Dan sesungguhnya
dusta membimbing pada kejahatan dan kejahatan akan membimbing keneraka. Dan
seorang hamba senantiasa berdusta dan membiasakan untuk dusta hingga di catat
disisi Allah sebagai seorang pendusta. “(HR.Al-Bukhari. No.6094 dan Muslim
No.2607).
Masih banyak hadist dan ayat
Al-qur’an yang mengupas tentang kejujuran, bahkan Allah menuntun untuk
mencontoh sikap jujur dari Rosulullah, atau sebagai uswatun hasanah. Memupuk
sebuah kejujuran bukanlah cara yang gampang namun patut kita jalankan dan
dicobakan, berkata jujur memang pahit dan tentu banyak musuhnya, banyak
berlawanan dengan orang-orang yang berkepentingan lain. Allah menyampaikan
selemah-lemahnya iman manusia adalah dengan diam, apabila tidak berdaya
berhadapan dengan kedzoliman, maukah kita dicap sebagai orang yang beriman
lemah bahkan yang mengatakan adalah yang memberikan nafas kepada hidup kita..?.
Keluarga
adalah benteng paling pertama untuk memupuk subur kejujuran, jangan lagi
berlaku mencontohkan ketidak jujuran kepada keluarga kita, anak-anak kita, yang
dilakukan seolah tidak sadar, semisal kita sebagai orang tua kedatangan tamu
dirumah sementara kondisi badan lagi malas atau tidak suka dengan tamu yang
datang, kemudian menyuruh anak kita untuk bilang bahwa orang tuanya tidak ada,
sementara kita mengajarkan untuk berbuat jujur kepada anak kita, tingkah orang
tua tersebut dianggap anak adalah sebuah pembenaran untuk berlaku tidak jujur,
hal ini akan terekam sampai kehidupan si anak dewasa nantinya. Masih banyak contoh
kecil yang seolah kita anggap sebagai pembenaran atas sikap tidak jujur, namun
sebenarnya hal demikian adalah fatal untuk pendidikan anak.
Membumikan kejujuran dapat terwujud manakala ia selalu
belajar menjalani kehidupan ini dengan lima hal, yaitu iman, ikhlas, ihsan,
ilmu, dan istiqamah. Dengan iman, kita yakin Allah pasti mengawasi dan mencatat
seluruh amal perbuatannya. Dengan ikhlas, kita dididik untuk melakukan sesuatu
dengan mengharapkan ridha Allah. Dengan ihsan, kita akan berbuat yang terbaik
untuk orang lain. Dengan ilmu, kita tahu perbuatan halal dan haram. Dan, dengan
istiqamah, kita belajar mengawal kebaikan dan kebenaran yang sudah
dibiasakannya menjadi lebih baik dan lebih diridhai Allah SWT.
“Tiga
golongan manusia yang pada hari kiamat kelak tidak akan dipandang oleh Allah
dengan rahmat-Nya, bahkan mereka itu akan memperoleh siksaan yang menyakitkan,
yaitu orang tua yang berbuat zina, penguasa yang berdusta, dan orang melarat
yang sombong.” (HR Muslim).
Tidak
perlu berkata banyak untuk membumikan berbuat jujur, mulailah dari kita
sendiri, sekalipun sering kali terjadi benturan, konflik dan pertentangan, berhadapan
dengan kedzaliman adalah perjuangan berat, tetapi paling tidak kebaikan kita
berbuat jujur, dimata Allah.SWT, kita sudah dicatat termasuk kedalam golongan
orang yang jujur.Wuallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar