A. Latar Belakang
Masih
segar dalam ingatan kita di awal tahun 2013, beberapa pelajar meregang nyawa
dijalanan, bukan karena kecelakaan lalulintas, bukan karena kejahatan preman,
namun yang paling miris adalah karena tawuran antar pelajar. Dalam rentang
Agustus-November 2011 saja sedikitnya sembilan berita tawuran melibatkan siswa
SMK yang muncul di media massa. Menurut data Komnas Perlindungan Anak, jumlah
tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang.
Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga
September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar dengan 26 korban meninggal.
(Harian Kompas 2013). Belum selesai masalah tawuran, masih ada tambahan berita yang lebih miris lagi, masih menurut
harian Kompas :158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011.
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011. 30 anggota DPR
periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI. Kasus korupsi juga
terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Setelah membaca fakta diatas,
apa yang ada dalam pikiran kita setelah mengetahui hal tersebut ?. sudah
semestinya akan sangat marah, benci dan hal-hal
perasaan ketidak puasan, kekecewaan dan lain sebagainya, bagai mana
tidak, pejabat sekelas anggota DPR, kepala daerah, bahkan pelajar, adalah orang
yang berpendidikan, orang yang sudah tentu tahu mana yang baik dan mana yang
buruk dalam hidup. Bangsa ini sudah mengalami degradasi moral yang cukup parah,
lalu kemudian akan muncul pertanyaan, apanya yang salah.?.
B. Pembahasan
Permasalahan yang disampaikan diatas merupakan masalah
yang harus segera untuk diselesaikan, masalah yang sangat penting untuk segera
di tuntaskan agar masa depan bangsa dan negara Indonesia tidak masuk dalam
kehancuran. Sorotan yang dalam terhadap berbagai masalah diatas mengarah kepada
moralitas dan karakter bangsa yang sudah mulai memudar, banyak cara yang harus
ditempu dalam mengikis sedikit demi sedikit masalah ini. Seperti yang kita
ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena itu,
ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan.
Lalu apa yang terjadi?, bisa dimungkinkan terjadinya degradasi moral. Salah
satu penyebabnya adalah efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan
pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan
karsa (action), seharusnya terdapat keseimbangan antara kecerdasan kognitif
(pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) hal ini akan membangun
kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah penting peranannya.
Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu
untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Terkadang, karakter diri
seseorang terasa tidak seimbang. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun
tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut
memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk. Ada juga
orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu
menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya. Karakter diri akan
semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini
akan sangat menentukan proses pengambilan
keputusan, berperilaku dan cara pikir kita. Yang pada akhirnya akan menentukan
kesuksesan kita. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan
ide perdamaiannya. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan
kepedulian terhadap sesamanya. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan
kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun
millennium.
Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini
menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu. Dan
menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh
kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20
persen.
1. Pilar
Pendidikan Karakter
Dennis Coon dalam bukunya
Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan karakter
sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang
yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang
dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Karakter adalah jawaban mutlak
untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Terdapat perbedaan
antara Karakter dan Kepribadian (Sifat Dasar) Kepribadian adalah
hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang
memiliki kepribadian pasti ada
kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing
pribadi. Kepribadian manusia
secara umum ada 4, yaitu : Koleris – Sanguinis – Phlegmatis – Melankolis. Saat setiap
manusia belajar untuk
mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif
yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin
yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga
mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan
ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.
J.Rossue Terdapat 6 pilar karakter yang menjadi landasan utama dalam
pendidikan,yaitu :
a.
Respect (Saling hormat menghormati) :
Sikap saling hormat menghormati dalam pendidikan karakter dapat diwujudkan
dengan saling hormat menghormati terhadap diri pribadi, orang lain dan
lingkungan sekitarnya. Sikap saling menghormati dapat dimunculkan dalam
kegiatan sehari hari, misalnya pada sebuah kegiatan rapat, kita harus
menghormati pendapat orang lain meskipun terdapat perbedaan pemikiran, selain
itu dapat juga diwujudkan dengan tindakan meminta ijin kepada seseorang apabila
kita akan menggunakan atau meminjam barang yang kita perlukan. Karakteristik
untuk tindakan saling menghormati adalah : sopan santun, toleransi, apresiasi,
perhatian, sabar, tata krama .
b.
Responsibility (bertanggung jawab) : Tanggung
jawab dalam karakter yang utama adalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan
oleh seseorang. Seorang yang bertanggung jawab akan selalu untuk berpikir ke
depan, menetapkan sebuah tujuan yang wajar dimasa depan, dapat mengendalikan
emosi, dan selalu melakukan yang terbaik.Tangung jawab juga dapat diwujudkan
dengan sikap tidak mudah menyerah. Bertanggung jawab adalah sebuah konsekuensi
dari pilihan kita, kita tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan kita.
c.
Fairness (Keadilan) : Keadilan adalah
bermain atau menjalankan kegiatan sesuai dengan aturan, bergiliran, berbagi. Orang
yang adil tidak mengambil keuntungan dari orang lain. Mememutuskan segala
sesuatu dengan penuh pertimbangan dari semua sisi dan tidak menyalahkan orang lain
apabila keputusannya terdapat kegagalan atau kesalahan
d.
Caring (Kepedulian) : Sikap peduli yang
perlu dibangun untuk memperkuat karakter manusialain antara adalah dengan tindakan membantu, dan murah
hati kepada semua orang, tidak egois, perhatian kepada sesama dan selalu
berpikir tentang bagaimana perilaku kita juga dapat mempengaruhi orang lain.
Kita harus memiliki kasih sayang dan empati, peduli terhadap perasaan orang
lain, suka beramal amal dan pemaaf. Wujud
nyata pada tindakan peduli ini adalah adanya sikap dimana saat melakukan suatu
tindakan ,tanpa meminta adanya imbalan.
e.
Civic Duty (Tanggung Jawab sebagai
warganegara) : Tangung jawab sebagai warga negara, merupakan pilar karakter
selanjutnya.wujud dari karakter sebagai warganegara antara lain, warga negara
yang baik dapat diwujudkan dengan menjadi tetangga yang baik, saling bekerja
sama dengan orang lain. Warga negara yang baik adalah warga yang taat aturan
dan hukum, menghormati otoritas orang tua, guru, dan lain-lain, melindungi
lingkungan sekitar juga merupakan karakter dari tanggung jawab warga negara.
f.
Thrustworthiness (Kepercayaan) :
Kepercayaan merupakan pilar karakter yang terakhir, yang dimaksud dengan
kepercayaan adalah berlaku jujur, mengatakan yang sesuatu dengan apa adanya, selalu
menepati janji, dan setia. Orang yang dapat dipercaya adalah tidak berbohong,
menipu, atau mencuri, memiliki integritas dan keberanian moral untuk melakukan
hal yang benar dan berdiri untuk sebuah keyakinan, bahkan ketika itu sulit.
Sedangkan menurut T.Lickona, In character education, it’s clear we want our children are able to judge what is right, care deeply about what is
right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure
form without and temptation from within. Lickona juga
menyampaikan bahwa pendidikan karakter terdapat 8 pokok yang harus dikembangkan yaitu
1). Trustworthiness,2).Respect, 3).Responsibility, 4).Fairness, 5). Citizenship, 6).Caringhonesty, 7).Diligence, 8).Integrity, 9). Courage.
g. Diligence (tekun): Ketekunan adalah hasil
dari kerja keras yang sudah dilakukan setelah kita lelah untuk melakukan kerja
keras. Contoh tindakan karakter yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dapat diwujudkan dengan tindakan nyata,rajin, bekerja keras dan
efisien, dapat diandalkan dan tepat waktu,
h. Integrity (integritas) : Integritas
merupakan wujud yang harus dikembangkan dalam karakter , integritas adalah sebuah perilaku
tentang penerapan sebuah konsep atau tata hukum, dapat dicontohkan dalam kehidupan
sehari-hari dengan menjalankan etika
yang berhubungan dengan reputasi umum di
masyarakat, integritas hukum yang dicontohkan salah satunya adalah tindakan
hakim atau penegak hukum yang menunjukkan keadilan dan independen, kejujuran
dan kepercayaan, kepatuhan terhadap hukum, dan komitmen untuk memberikan keadilan
yang sama pada seluruh lapisan masyarakat.
i. Courage (keberanian) : Karakter keberanian adalah kemampuan untuk
menghadapi rasa takut, sakit, bahaya, ketidakpastian, atau intimidasi. Keberanian
fisik adalah keberanian dalam menghadapi rasa sakit fisik, kesulitan, kematian,
atau ancaman kematian, sementara keberanian moral adalah kemampuan untuk
bertindak benar dalam menghadapi oposisi rakyat, malu, skandal, atau
keputusasaan.
2.
Membangun Kekuatan Karakter Melalui
Pendidikan
Undang-Undang No.3 Sisdiknas menyatakan, pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pilar pendidikan karakter yang telah
disebutkan diatas merupakan pilar yang dianggap mendasari pendidikan karakter,
namun didalamnya perlu pengembangan yang membutuhkan peran individu atau
perorangan. Pada diri setiap individu memiliki karakternya masing-masing. Lingkungan memiliki
peran penting dalam pembentukan karakter. Karakter kita,
memiliki peran penting dalam proses kehidupan.
Sebab, karakter mengendalikan pikiran dan perilaku kita, yang tentu saja menentukan
kesuksesan, cara kita menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah.
Sebenarnya masing-masing dari kita
memiliki karakter yang khas. Dan, kekhasan karakter tersebut merupakan kekuatan
karakter kita. Sebab, kekhasan atau keunikan itulah yang membedakan kita dengan
individu lainnya.Mereka yang bijak dan tidak suka konflik bisa menjadi
pendamai. Itu semua adalah kekuatan karakter. Dan, setiap karakter akan
dibutuhkan dalam setiap pergaulan, baik pergaulan kerja, organisasi atau
masyarakat. Membangun kekuatan karakter bisa dilakukan melalui pendidikan karakter baik di lingkungan formal
seperti sekolah, atau non-formal seperti keluarga dan masyarakat.Pendidikan karakter diberikan melalui penanaman nilai-nilai karakter.
Bisa berupa pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Output pendidikan karakter akan terlihat pada terciptanya
hubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, masyarakat luas dan lain-lain.
Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu adalah
bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang.
Ketika makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar
rumah berpamitan, tekun dan semangat mewujudkan
obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan, tidak
membuang sampah di sembarang tempat dan lain-lain.
Membangun kekuatan karakter dilakukan
dengan melibatkan seluruh elemen. Sebab, setiap elemen akan berpengaruh dalam proses pembentukan karakter individu. Seorang anak akan meniru dan
mengidentifikasi apa yang ada di sekelilingnya. Role model positif akan membentuk karakter yang positif dan sebaliknya role model
negatif akan membentuk kepribadian
dan karakter negatif. Karena itu, setiap unsur lingkungan hendaknya
dibangun secara positif, sehingga karakter anak akan
terbentuk secara positif juga. Karakter yang kuat pada akhirnya akan berperan
optimal di setiap interaksi sosial. Sehingga, individu dengan karakter kuat
tersebut akan memberikan sumbangsih –baik moril atau spirituil- yang berdaya
guna bagi sekitarnya.
Dalam upaya mengembangkan karakter
dan membangun karakter generasi bangsa, sangat diperlukan untuk terus
dijalankan, terutama dalam dunia pendidikan formal. Terdapat garis-garis besar
dalam mengembangkan pendidikan karakter melalui pendidikan sekolah, dapat
dijelaskan dalam gambar dibawah, namun demikian pendidikan karakter yang
dilakukan didalam lingkungan sekolah hanya menanamkan konsep, aplikasi yang
paling besar adalah dengan menerapkan dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.
3. Karakter Bangsa Indonesia
Pendidikan karakter yang di bangun dalam pendidikan tidak lepas dari
karakter sosial budaya yang dimiliki oleh sebuah negara. Karakter pada sebuah
bangsa merupakan nilai-nilai luhur yang harus dipupuk dan dikembangkan,
karakter yang dimiliki sebuah bangsa menjadi ciri khas tersendiri. Indonesia
adalah negara republik yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan ber Bhineka
tunggal ika. Landasan karakter tersebut kemudian dikembangkan dengan sebuah
strategi melalui sosialisasi masyarakat, pendidikan, tindakan kerjasama dan
pembudayaan. Pola karakter bangsa didukung dengan ketahanan perekonomian, keamanan,
hukum diharapkan dapat membangun karakter bangsa indonesia yang tangguh sesuai
dengan yang diharapkan yaitu membentuk manusia indonesia yang
berakhlak mulia, bermoral, bertetika, berbudaya dan beradab berdasarkan
pancasila. Untuk mendukung tercapainya karakter bangsa tersebut,
sangat perlu untuk dipupuk mulai dari dasar pendidikan anak, sehingga akan
tertanam dalam pola pikir sejak dari dini, karakter yang sesuai dengan bangsa
indonesia yang perlu dimiliki , terdapat 18 macam karakter adalah sebagai berikut :
1. Religius : Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur: Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi: Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin: Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras: Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6. Kreatif: Berpikir dan
melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan perilaku
yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis: Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan
tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.Semangat Kebangsaan:
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.Cinta Tanah Air:
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.Menghargai Prestasi: Sikap dan
tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.Bersahabat/Komunikatif: Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.Cinta Damai: Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan:
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial: Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18.Tanggung Jawab:
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membumikan Karakter Bangsa
Indonesia
Membentuk
karakter sebuah generasi tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, berbagai
kendala pasti akan ditemui, namun sikap sungguh-sunguh dan konsisten dalam
menjalankan karakter yang kita inginkan, niscaya harapan itu akan menjadi
sebuah kenyataan. Karakter bangsa yang diharapkan dapat melekat dalam generasi
penerus tidak hanya sebatas teoritis dan pemahaman namun harus dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk mewujudkan hal itu, sangat
perlu untuk dijalankan proses dan tindakan sebagai berikut:
a. Menanamkan norma agama
Pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan hal yang buruk, sangat
mutlak untuk menanamkan sikap beragama sejak dini kepada anak atau siswa, maka
akan tertanam mental yang baik, dengan norma agama niscaya tidak terjadi
tindakan-tindakan yang akan merusak moral, yang menuju pada minimnya nilai
karakter.
b. Suritauladan
Suritauladan atau contoh yang
dapat dijadikan panutan, adalah langkah yang paling efektif dalam menerapkan
sikap dan karakter yang diiginkan, berikan contoh yang baik dalam semua
tindakan kepada siswa, sehingga mereka mencontoh kebisaan baik yang kita
inginkan, mulailah dari hal kecil dan sepele, misalnya membuang sampah pada
tempatnya. Karakter seperti ini akan menjadi pembelajaran langsung terhadap
siswa.
c. Fasilitas
Dibutuhkan
sarana dan prasarana dalam menjalankan sebuah tindakan, demikian halnya dengan
karakter yang kita igin bangun pada siswa atau peserta didik, sangat mustahil
kiranya ketika kita memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya, tetapi
tempat yang digunakan untuk membuang sampah tersebut tidak ada, atau ketika
kita menginginkan siswa kita untuk rajin membaca, namun fasilitas dan
ketersediaan sumber bacaan atau buku tidak ada.
d. Aturan atau Undang-Undang
Sangat perlunya
untuk dibuat dalam sebuah peraturan, maksud dan tujuan sebuah peraturan adalah
untuk membatasi atau mencegah suatu hal yang dapat menyimpang dari norma atau
aturan yang sudah kita buat. Banyak terjadi peristiwa yang menyebabkan kurang
harmonisnya kehidupan masyarakat, Aturan diciptakan agar tidak terjadi
pelanggaran terhadap hak orang lain atau hal yang dapat membahayakan oang lain,
aturan diciptakan untuk memberikan kenyamanan dan jaminan terhadap perorangan
dan masyarakat, dengan adanya aturan seharusnya bisa memberikan keteraturan
dalam lingkungan masyarakat. Penegakan aturan atau norma yang ada dalam
masyarakat akan meningkatkan sikap disiplin.
e. Pembiasaan
Untuk melakukan
perubahan suatu tindakan, sangat butuh waktu yang panjang, membutuhkan
konsistensi terhadap tindakan tersebut sehingga lambat laun akan menjadi sebuah
kebiasaan. Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan dan masyarakat harus
dibangun dengan pembiasaan atau tindakan yang konsisten dan terus menerus,
tidak hanya sekedar teoritis, tapi perlu diwujudkan dalam sebuah tindakan.
f. Kontrol media
Perkembangan
dunia komunikasi semakin pesat, sudah tidak ada lagi batas-batas dalam budaya
masyarakat, dengan berkembangnya dunia komunikasi, informasi dari berbagai
penjuru dunia tidak bisa dibendung lagi,sehingga apabila tidak disikapi dengan
baik akan terjadi pembauran budaya asing yang mungkin sudah tidak cocok lagi
untuk budaya masyarakat indonesia. Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah
atau badan yang berwenang, selayaknya memberikan kontrol penuh terhadap media komunikasi dan informasi yang tersebar
pada masyarakat. Media komunikasi audio visual, yang tidak terkontrol terbukti
dapat merusak generasi, sehingga memudarkan karakter yang dimiliki oleh bangsa
indonesia. Selain dari pihak yang berwenang kontrol terhadap media, dapat
dilakukan dari lingkup keluarga, membatasi anak dari kebebasanya menikmati
dunia komunikasi.
5. Pendidikan Karakter Dalam
Vocational Education
Dalam Evans dan Herr (1978), “in its
broadest sense vocational education is that part of education which makes an
individual more employable in one group of occupations than in another”, arti
luas dalam filsafat pendidikan kejuruan adalah
bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari pendidikan yang membuat
individu lebih siap dipekerjakan dalam satu kelompok pekerjaan daripada yang
lain. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah
mempersiapkan manusia yang siap bekerja dalam bidang keahlian masing-masing.
Perkembangan pengetahuan dan dunia kerja sangat dinamis, cepat berubah dan
selalu mengarah kepada perbaikan. Untuk menghadapi tersebut dibutuhkan tenaga
yang sanggup untuk menghadapi perkembangan tersebut. Pendidikan kejuruan
merupakan salah satu jawaban dalam menghadapi perkembangan global dunia kerja.
Dunia kerja saat ini memiliki kriteria karakter yang harus dipenuhi oleh
setiap tenaga kerjanya, effisiensi dan produktifitas yang tinggi biasanya yang
kan dibutuhkan dalam setiap pekerjaan, harapan yang terbesar dari pendidikan
kejuruan dalam menyiapkan siswa yang siap bekerja pada setiap keahlian yang
dimiliki, dengan landasan karakter yang sudah disampaikan diatas diharapkan
karakter dunia kerja dapat terpenuhi dengan sendirinya, adapun tren karakter
yang dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini adalah :
1.
Mau bekerja keras
2. Kepercayaan diri tinggi
3. Mempunyai visi ke depan
4. Bisa bekerja dalam tim
5. Memiliki kepercayaan matang
6. Mampu berpikir analitis
7. Mudah beradaptasi
8. Mampu bekerja dalam tekanan
9. Cakap berbahasa Inggris
10. Mampu mengorganisasi pekerjaan
Menanamkan pendidikan karakter sejak dini sangat diharapkan untuk dilakukan
terhadap perkembangan pendidikan kejuruan, dimana dengan adanya karakter bangsa
yang sudah tertanam akan menuai hasil yang luar biasa terhadap kesiapan kerja
masing-masing lulusan dalam pendidikan kejuruan, menggabungkan antara kemampuan
teknikal skill dan soft skill dalam hal ini adalah diwakili oleh karakter,
ketercapaian antara kognitif, afektif dan psikomotor dalam pendidikan kejuruan
akan menjawab tantangan perkembangan dunia kerja yang dinamis.
C.Kesimpulan dan Penutup
Theodore Roosevelt
mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a
menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan
aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat). Membangun moral atau
karakter sebuah generasi memerlukan waktu yang panjang. Pendidikan karakter yang
ditanamkan dengan baik pada dunia pendidikan, diharapkan dapat mewujudkan
generasi yang tangguh, bukan hanya teknikal skill yang diandalkan tetapi juga
didukung dengan soft skill karakter yang baik. Keterpaduan antara soft skill
dan hard skill, akan memberikan kontribusi terhadap kesiapan siswa dalam
menghadapi dunia kerja, dan perkembangan dunia yang semakin global. Dengan
karakter yang baik akan terhindar atau dapat memilah efek negatif dari
perkembangan jaman.
Referensi :
Coon.D dan Maiterer. J.O.2011. Introduction to Phsycology Gateways to Mind and Behaviour. Canada,
Wardsworth Cengage Learning.
Evans.R.N dan Herr.E.L.1978. Foundations of Vocational Education. Edisi kedua. Ohio. Charles
E.Merril Publishing Company.
Jalius Jama.2013. Materi kuliah. Filsafat TVET. Pada
pertemuan ke 6. 28 April 2013.
Kompas. 2013. Artikel.Tawuran pelajar dan degradasi moral
pemimpin. Diakses dari www.kompas .com pada 20 April
2013.
Lickona.T.1991. What
is effective caracter education. Diakses dari http://www.athenaeum.edu. Pada tanggal 25 April 2013.
UU No.3 tahun 2003. Sistem
Pendidikan Nasional diakses dari www.unpad.ac.id /wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf pada 21 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar