Selasa, 30 April 2013

PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN KOMPETENSI SISWA KEJURUAN


     A.  Latar Belakang
      Masih segar dalam ingatan kita di awal tahun 2013, beberapa pelajar meregang nyawa dijalanan, bukan karena kecelakaan lalulintas, bukan karena kejahatan preman, namun yang paling miris adalah karena tawuran antar pelajar. Dalam rentang Agustus-November 2011 saja sedikitnya sembilan berita tawuran melibatkan siswa SMK yang muncul di media massa. Menurut data Komnas Perlindungan Anak, jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar dengan 26 korban meninggal. (Harian Kompas 2013). Belum selesai masalah tawuran, masih ada tambahan  berita yang lebih miris lagi, masih menurut harian Kompas :158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011. 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011. 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI. Kasus korupsi juga terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dalam pikiran kita setelah mengetahui hal tersebut ?. sudah semestinya akan sangat marah, benci dan hal-hal  perasaan ketidak puasan, kekecewaan dan lain sebagainya, bagai mana tidak, pejabat sekelas anggota DPR, kepala daerah, bahkan pelajar, adalah orang yang berpendidikan, orang yang sudah tentu tahu mana yang baik dan mana yang buruk dalam hidup. Bangsa ini sudah mengalami degradasi moral yang cukup parah, lalu kemudian akan muncul pertanyaan, apanya yang salah.?.
B.   Pembahasan
Permasalahan yang disampaikan diatas merupakan masalah yang harus segera untuk diselesaikan, masalah yang sangat penting untuk segera di tuntaskan agar masa depan bangsa dan negara Indonesia tidak masuk dalam kehancuran. Sorotan yang dalam terhadap berbagai masalah diatas mengarah kepada moralitas dan karakter bangsa yang sudah mulai memudar, banyak cara yang harus ditempu dalam mengikis sedikit demi sedikit masalah ini. Seperti yang kita ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena itu, ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan. Lalu apa yang terjadi?, bisa dimungkinkan terjadinya degradasi moral. Salah satu penyebabnya adalah efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan karsa (action), seharusnya terdapat keseimbangan antara kecerdasan kognitif (pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) hal ini akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah penting peranannya. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Terkadang, karakter diri seseorang terasa tidak seimbang. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk. Ada juga orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya. Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir kita. Yang pada akhirnya akan menentukan kesuksesan kita. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan ide perdamaiannya. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan kepedulian terhadap sesamanya. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun millennium.
Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu. Dan menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20 persen.

1.      Pilar Pendidikan Karakter

      Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan    karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Terdapat perbedaan antara Karakter dan Kepribadian (Sifat Dasar) Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu : Koleris – Sanguinis – Phlegmatis – Melankolis. Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter.
J.Rossue Terdapat 6 pilar karakter yang menjadi landasan utama dalam pendidikan,yaitu :
a.    Respect (Saling hormat menghormati) : Sikap saling hormat menghormati dalam pendidikan karakter dapat diwujudkan dengan saling hormat menghormati terhadap diri pribadi, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sikap saling menghormati dapat dimunculkan dalam kegiatan sehari hari, misalnya pada sebuah kegiatan rapat, kita harus menghormati pendapat orang lain meskipun terdapat perbedaan pemikiran, selain itu dapat juga diwujudkan dengan tindakan meminta ijin kepada seseorang apabila kita akan menggunakan atau meminjam barang yang kita perlukan. Karakteristik untuk tindakan saling menghormati adalah : sopan santun, toleransi, apresiasi, perhatian, sabar, tata krama .
b.    Responsibility (bertanggung jawab) : Tanggung jawab dalam karakter yang utama adalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang. Seorang yang bertanggung jawab akan selalu untuk berpikir ke depan, menetapkan sebuah tujuan yang wajar dimasa depan, dapat mengendalikan emosi, dan selalu melakukan yang terbaik.Tangung jawab juga dapat diwujudkan dengan sikap tidak mudah menyerah. Bertanggung jawab adalah sebuah konsekuensi dari pilihan kita, kita tidak menyalahkan orang lain atas kesalahan kita.
c.    Fairness (Keadilan) : Keadilan adalah bermain atau menjalankan kegiatan sesuai dengan aturan, bergiliran, berbagi. Orang yang adil tidak mengambil keuntungan dari orang lain. Mememutuskan segala sesuatu dengan penuh pertimbangan dari semua sisi dan tidak menyalahkan orang lain apabila keputusannya terdapat kegagalan atau kesalahan
d.   Caring (Kepedulian) : Sikap peduli yang perlu dibangun untuk memperkuat karakter manusialain antara  adalah dengan tindakan membantu, dan murah hati kepada semua orang, tidak egois, perhatian kepada sesama dan selalu berpikir tentang bagaimana perilaku kita juga dapat mempengaruhi orang lain. Kita harus memiliki kasih sayang dan empati, peduli terhadap perasaan orang lain, suka beramal  amal dan pemaaf. Wujud nyata pada tindakan peduli ini adalah adanya sikap dimana saat melakukan suatu tindakan ,tanpa  meminta adanya imbalan.
e.    Civic Duty (Tanggung Jawab sebagai warganegara) : Tangung jawab sebagai warga negara, merupakan pilar karakter selanjutnya.wujud dari karakter sebagai warganegara antara lain, warga negara yang baik dapat diwujudkan dengan menjadi tetangga yang baik, saling bekerja sama dengan orang lain. Warga negara yang baik adalah warga yang taat aturan dan hukum, menghormati otoritas orang tua, guru, dan lain-lain, melindungi lingkungan sekitar juga merupakan karakter dari tanggung jawab warga negara.
f.     Thrustworthiness (Kepercayaan) : Kepercayaan merupakan pilar karakter yang terakhir, yang dimaksud dengan kepercayaan adalah berlaku jujur​​, mengatakan yang sesuatu dengan apa adanya, selalu menepati janji, dan setia. Orang yang dapat dipercaya adalah tidak berbohong, menipu, atau mencuri, memiliki integritas dan keberanian moral untuk melakukan hal yang benar dan berdiri untuk sebuah keyakinan, bahkan ketika itu sulit.
Sedangkan menurut T.Lickona, In character education, it’s clear we want our  children are able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure form without and temptation from within. Lickona juga menyampaikan bahwa pendidikan karakter   terdapat 8 pokok yang harus dikembangkan yaitu 1). Trustworthiness,2).Respect, 3).Responsibility, 4).Fairness, 5). Citizenship,  6).Caringhonesty, 7).Diligence, 8).Integrity, 9). Courage.
g.    Diligence (tekun): Ketekunan adalah hasil dari kerja keras yang sudah dilakukan setelah kita lelah untuk melakukan kerja keras. Contoh tindakan karakter yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan tindakan nyata,rajin, bekerja keras dan efisien, dapat diandalkan dan tepat waktu,
h.     Integrity (integritas) : Integritas merupakan wujud yang harus dikembangkan dalam  karakter , integritas adalah sebuah perilaku tentang penerapan sebuah konsep atau tata hukum, dapat dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjalankan  etika yang berhubungan dengan reputasi umum  di masyarakat, integritas hukum yang dicontohkan salah satunya adalah tindakan hakim atau penegak hukum yang menunjukkan keadilan dan independen, kejujuran dan kepercayaan, kepatuhan terhadap hukum, dan komitmen untuk memberikan keadilan yang sama pada seluruh lapisan masyarakat.
i.      Courage (keberanian) :  Karakter keberanian adalah kemampuan untuk menghadapi rasa takut, sakit, bahaya, ketidakpastian, atau intimidasi. Keberanian fisik adalah keberanian dalam menghadapi rasa sakit fisik, kesulitan, kematian, atau ancaman kematian, sementara keberanian moral adalah kemampuan untuk bertindak benar dalam menghadapi oposisi rakyat, malu, skandal, atau keputusasaan.

2.      Membangun Kekuatan Karakter Melalui Pendidikan

Undang-Undang No.3 Sisdiknas menyatakan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pilar pendidikan karakter yang telah disebutkan diatas merupakan pilar yang dianggap mendasari pendidikan karakter, namun didalamnya perlu pengembangan yang membutuhkan peran individu atau perorangan. Pada diri setiap individu memiliki karakternya masing-masing. Lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Karakter kita, memiliki peran penting dalam proses kehidupan. Sebab, karakter mengendalikan pikiran dan perilaku kita, yang tentu saja menentukan kesuksesan, cara kita menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah.
Sebenarnya masing-masing dari kita memiliki karakter yang khas. Dan, kekhasan karakter tersebut merupakan kekuatan karakter kita. Sebab, kekhasan atau keunikan itulah yang membedakan kita dengan individu lainnya.Mereka yang bijak dan tidak suka konflik bisa menjadi pendamai. Itu semua adalah kekuatan karakter. Dan, setiap karakter akan dibutuhkan dalam setiap pergaulan, baik pergaulan kerja, organisasi atau masyarakat. Membangun kekuatan karakter bisa dilakukan melalui pendidikan karakter baik di lingkungan formal seperti sekolah, atau non-formal seperti keluarga dan masyarakat.Pendidikan karakter diberikan melalui penanaman nilai-nilai karakter. Bisa berupa pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Output pendidikan karakter akan terlihat pada terciptanya hubungan baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, masyarakat luas dan lain-lain.
Pendidikan karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah, namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu adalah bukti bahwa pendidikan yang diberikan telah merasuk dalam diri seseorang. Ketika makan bersikap sopan, ketika hendak tidur membaca doa, ketika keluar rumah berpamitan, tekun dan semangat mewujudkan obsesi dan cita-cita, jujur, berbuat baik kepada hewan dan tumbuhan, tidak membuang sampah di sembarang tempat dan lain-lain.
Membangun kekuatan karakter dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen. Sebab, setiap elemen akan berpengaruh dalam proses pembentukan karakter individu. Seorang anak akan meniru dan mengidentifikasi apa yang ada di sekelilingnya. Role model positif akan membentuk karakter yang positif dan sebaliknya role model negatif akan membentuk kepribadian dan karakter negatif. Karena itu, setiap unsur lingkungan hendaknya dibangun secara positif, sehingga karakter anak akan terbentuk secara positif juga. Karakter yang kuat pada akhirnya akan berperan optimal di setiap interaksi sosial. Sehingga, individu dengan karakter kuat tersebut akan memberikan sumbangsih –baik moril atau spirituil- yang berdaya guna bagi sekitarnya.
Dalam upaya mengembangkan karakter dan membangun karakter generasi bangsa, sangat diperlukan untuk terus dijalankan, terutama dalam dunia pendidikan formal. Terdapat garis-garis besar dalam mengembangkan pendidikan karakter melalui pendidikan sekolah, dapat dijelaskan dalam gambar dibawah, namun demikian pendidikan karakter yang dilakukan didalam lingkungan sekolah hanya menanamkan konsep, aplikasi yang paling besar adalah dengan menerapkan dalam kehidupan masyarakat dan keluarga.
       
3.      Karakter Bangsa Indonesia
Pendidikan karakter yang di bangun dalam pendidikan tidak lepas dari karakter sosial budaya yang dimiliki oleh sebuah negara. Karakter pada sebuah bangsa merupakan nilai-nilai luhur yang harus dipupuk dan dikembangkan, karakter yang dimiliki sebuah bangsa menjadi ciri khas tersendiri. Indonesia adalah negara republik yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan ber Bhineka tunggal ika. Landasan karakter tersebut kemudian dikembangkan dengan sebuah strategi melalui sosialisasi masyarakat, pendidikan, tindakan kerjasama dan pembudayaan. Pola karakter bangsa didukung dengan ketahanan perekonomian, keamanan, hukum diharapkan dapat membangun karakter bangsa indonesia yang tangguh sesuai dengan yang diharapkan yaitu membentuk manusia indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, bertetika, berbudaya dan beradab berdasarkan pancasila. Untuk mendukung tercapainya karakter bangsa tersebut, sangat perlu untuk dipupuk mulai dari dasar pendidikan anak, sehingga akan tertanam dalam pola pikir sejak dari dini, karakter yang sesuai dengan bangsa indonesia yang perlu dimiliki , terdapat 18 macam karakter  adalah sebagai berikut :
1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.  Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.    Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.   Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.  Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.    Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.Cinta Tanah Air: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.Bersahabat/Komunikatif: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.Cinta Damai: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
4.      Membumikan Karakter Bangsa Indonesia
      Membentuk karakter sebuah generasi tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, berbagai kendala pasti akan ditemui, namun sikap sungguh-sunguh dan konsisten dalam menjalankan karakter yang kita inginkan, niscaya harapan itu akan menjadi sebuah kenyataan. Karakter bangsa yang diharapkan dapat melekat dalam generasi penerus tidak hanya sebatas teoritis dan pemahaman namun harus dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk mewujudkan hal itu, sangat perlu untuk dijalankan proses dan tindakan sebagai berikut:
a.    Menanamkan norma agama
   Pada dasarnya tidak ada  agama yang mengajarkan hal yang buruk, sangat mutlak untuk menanamkan sikap beragama sejak dini kepada anak atau siswa, maka akan tertanam mental yang baik, dengan norma agama niscaya tidak terjadi tindakan-tindakan yang akan merusak moral, yang menuju pada minimnya nilai karakter.
b.   Suritauladan
    Suritauladan atau contoh yang dapat dijadikan panutan, adalah langkah yang paling efektif dalam menerapkan sikap dan karakter yang diiginkan, berikan contoh yang baik dalam semua tindakan kepada siswa, sehingga mereka mencontoh kebisaan baik yang kita inginkan, mulailah dari hal kecil dan sepele, misalnya membuang sampah pada tempatnya. Karakter seperti ini akan menjadi pembelajaran langsung terhadap siswa.
c.    Fasilitas
     Dibutuhkan sarana dan prasarana dalam menjalankan sebuah tindakan, demikian halnya dengan karakter yang kita igin bangun pada siswa atau peserta didik, sangat mustahil kiranya ketika kita memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya, tetapi tempat yang digunakan untuk membuang sampah tersebut tidak ada, atau ketika kita menginginkan siswa kita untuk rajin membaca, namun fasilitas dan ketersediaan sumber bacaan atau buku tidak ada.
d.   Aturan atau Undang-Undang
     Sangat perlunya untuk dibuat dalam sebuah peraturan, maksud dan tujuan sebuah peraturan adalah untuk membatasi atau mencegah suatu hal yang dapat menyimpang dari norma atau aturan yang sudah kita buat. Banyak terjadi peristiwa yang menyebabkan kurang harmonisnya kehidupan masyarakat, Aturan diciptakan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak orang lain atau hal yang dapat membahayakan oang lain, aturan diciptakan untuk memberikan kenyamanan dan jaminan terhadap perorangan dan masyarakat, dengan adanya aturan seharusnya bisa memberikan keteraturan dalam lingkungan masyarakat. Penegakan aturan atau norma yang ada dalam masyarakat akan meningkatkan sikap disiplin.
e.    Pembiasaan
     Untuk melakukan perubahan suatu tindakan, sangat butuh waktu yang panjang, membutuhkan konsistensi terhadap tindakan tersebut sehingga lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Karakter yang dikembangkan dalam pendidikan dan masyarakat harus dibangun dengan pembiasaan atau tindakan yang konsisten dan terus menerus, tidak hanya sekedar teoritis, tapi perlu diwujudkan dalam sebuah tindakan. 
f.     Kontrol media
     Perkembangan dunia komunikasi semakin pesat, sudah tidak ada lagi batas-batas dalam budaya masyarakat, dengan berkembangnya dunia komunikasi, informasi dari berbagai penjuru dunia tidak bisa dibendung lagi,sehingga apabila tidak disikapi dengan baik akan terjadi pembauran budaya asing yang mungkin sudah tidak cocok lagi untuk budaya masyarakat indonesia. Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah atau badan yang berwenang, selayaknya memberikan kontrol penuh terhadap  media komunikasi dan informasi yang tersebar pada masyarakat. Media komunikasi audio visual, yang tidak terkontrol terbukti dapat merusak generasi, sehingga memudarkan karakter yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Selain dari pihak yang berwenang kontrol terhadap media, dapat dilakukan dari lingkup keluarga, membatasi anak dari kebebasanya menikmati dunia komunikasi.
5.      Pendidikan Karakter Dalam Vocational Education
Dalam Evans dan Herr (1978), “in its broadest sense vocational education is that part of education which makes an individual more employable in one group of occupations than in another”, arti luas dalam  filsafat pendidikan kejuruan adalah bahwa pendidikan kejuruan merupakan bagian dari pendidikan yang membuat individu lebih siap dipekerjakan dalam satu kelompok pekerjaan daripada yang lain. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan manusia yang siap bekerja dalam bidang keahlian masing-masing. Perkembangan pengetahuan dan dunia kerja sangat dinamis, cepat berubah dan selalu mengarah kepada perbaikan. Untuk menghadapi tersebut dibutuhkan tenaga yang sanggup untuk menghadapi perkembangan tersebut. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jawaban dalam menghadapi perkembangan global dunia kerja.
Dunia kerja saat ini memiliki kriteria karakter yang harus dipenuhi oleh setiap tenaga kerjanya, effisiensi dan produktifitas yang tinggi biasanya yang kan dibutuhkan dalam setiap pekerjaan, harapan yang terbesar dari pendidikan kejuruan dalam menyiapkan siswa yang siap bekerja pada setiap keahlian yang dimiliki, dengan landasan karakter yang sudah disampaikan diatas diharapkan karakter dunia kerja dapat terpenuhi dengan sendirinya, adapun tren karakter yang dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini adalah :
1.  Mau bekerja keras
2. Kepercayaan diri tinggi
3. Mempunyai visi ke depan
4. Bisa bekerja dalam tim
5. Memiliki kepercayaan matang
6. Mampu berpikir analitis
7. Mudah beradaptasi
8. Mampu bekerja dalam tekanan
9. Cakap berbahasa Inggris
10. Mampu mengorganisasi pekerjaan

Menanamkan pendidikan karakter sejak dini sangat diharapkan untuk dilakukan terhadap perkembangan pendidikan kejuruan, dimana dengan adanya karakter bangsa yang sudah tertanam akan menuai hasil yang luar biasa terhadap kesiapan kerja masing-masing lulusan dalam pendidikan kejuruan, menggabungkan antara kemampuan teknikal skill dan soft skill dalam hal ini adalah diwakili oleh karakter, ketercapaian antara kognitif, afektif dan psikomotor dalam pendidikan kejuruan akan menjawab tantangan perkembangan dunia kerja yang dinamis.
             C.Kesimpulan dan Penutup
      Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat). Membangun moral atau karakter sebuah generasi memerlukan waktu yang panjang. Pendidikan karakter yang ditanamkan dengan baik pada dunia pendidikan, diharapkan dapat mewujudkan generasi yang tangguh, bukan hanya teknikal skill yang diandalkan tetapi juga didukung dengan soft skill karakter yang baik. Keterpaduan antara soft skill dan hard skill, akan memberikan kontribusi terhadap kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja, dan perkembangan dunia yang semakin global. Dengan karakter yang baik akan terhindar atau dapat memilah efek negatif dari perkembangan jaman.

Referensi :

Coon.D dan Maiterer. J.O.2011. Introduction to Phsycology Gateways to Mind and Behaviour. Canada, Wardsworth Cengage Learning.
Evans.R.N dan Herr.E.L.1978. Foundations of Vocational Education. Edisi kedua. Ohio. Charles E.Merril Publishing Company.
Jalius Jama.2013. Materi kuliah. Filsafat TVET. Pada pertemuan ke 6. 28 April 2013.
Kompas. 2013. Artikel.Tawuran pelajar dan degradasi moral pemimpin. Diakses dari www.kompas .com pada 20 April 2013.
Lickona.T.1991. What is effective caracter education. Diakses dari http://www.athenaeum.edu. Pada tanggal 25 April 2013.
UU No.3 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional diakses dari www.unpad.ac.id /wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003-Sisdiknas.pdf pada 21 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar