A. Latar Belakang
Masih
segar dalam ingatan kita di awal tahun 2013, beberapa pelajar meregang nyawa
dijalanan, bukan karena kecelakaan lalulintas, bukan karena kejahatan preman,
namun yang paling miris adalah karena tawuran antar pelajar. Dalam rentang
Agustus-November 2011 saja sedikitnya sembilan berita tawuran melibatkan siswa
SMK yang muncul di media massa. Menurut data Komnas Perlindungan Anak, jumlah
tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang.
Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga
September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar dengan 26 korban meninggal.
(Harian Kompas 2013). Belum selesai masalah tawuran, masih ada tambahan berita yang lebih miris lagi, masih menurut
harian Kompas :158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011.
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011. 30 anggota DPR
periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI. Kasus korupsi juga
terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Setelah membaca fakta diatas,
apa yang ada dalam pikiran kita setelah mengetahui hal tersebut ?. sudah
semestinya akan sangat marah, benci dan hal-hal
perasaan ketidak puasan, kekecewaan dan lain sebagainya, bagai mana
tidak, pejabat sekelas anggota DPR, kepala daerah, bahkan pelajar, adalah orang
yang berpendidikan, orang yang sudah tentu tahu mana yang baik dan mana yang
buruk dalam hidup. Bangsa ini sudah mengalami degradasi moral yang cukup parah,
lalu kemudian akan muncul pertanyaan, apanya yang salah.?.
B. Pembahasan
Permasalahan yang disampaikan diatas merupakan masalah
yang harus segera untuk diselesaikan, masalah yang sangat penting untuk segera
di tuntaskan agar masa depan bangsa dan negara Indonesia tidak masuk dalam
kehancuran. Sorotan yang dalam terhadap berbagai masalah diatas mengarah kepada
moralitas dan karakter bangsa yang sudah mulai memudar, banyak cara yang harus
ditempu dalam mengikis sedikit demi sedikit masalah ini. Seperti yang kita
ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena itu,
ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan.
Lalu apa yang terjadi?, bisa dimungkinkan terjadinya degradasi moral. Salah
satu penyebabnya adalah efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan
pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan
karsa (action), seharusnya terdapat keseimbangan antara kecerdasan kognitif
(pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) hal ini akan membangun
kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah penting peranannya.
Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu
untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Terkadang, karakter diri
seseorang terasa tidak seimbang. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun
tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut
memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk. Ada juga
orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu
menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya. Karakter diri akan
semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini
akan sangat menentukan proses pengambilan
keputusan, berperilaku dan cara pikir kita. Yang pada akhirnya akan menentukan
kesuksesan kita. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan
ide perdamaiannya. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan
kepedulian terhadap sesamanya. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan
kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun
millennium.
Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini
menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu. Dan
menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh
kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20
persen.
1. Pilar
Pendidikan Karakter
Dennis Coon dalam bukunya
Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan karakter
sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang
yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang
dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.