Selasa, 30 April 2013

PENDIDIKAN KARAKTER MEMBANGUN KOMPETENSI SISWA KEJURUAN


     A.  Latar Belakang
      Masih segar dalam ingatan kita di awal tahun 2013, beberapa pelajar meregang nyawa dijalanan, bukan karena kecelakaan lalulintas, bukan karena kejahatan preman, namun yang paling miris adalah karena tawuran antar pelajar. Dalam rentang Agustus-November 2011 saja sedikitnya sembilan berita tawuran melibatkan siswa SMK yang muncul di media massa. Menurut data Komnas Perlindungan Anak, jumlah tawuran pelajar tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus. Hingga September 2012 terjadi 86 kali tawuran antarpelajar dengan 26 korban meninggal. (Harian Kompas 2013). Belum selesai masalah tawuran, masih ada tambahan  berita yang lebih miris lagi, masih menurut harian Kompas :158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011. 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011. 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI. Kasus korupsi juga terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dalam pikiran kita setelah mengetahui hal tersebut ?. sudah semestinya akan sangat marah, benci dan hal-hal  perasaan ketidak puasan, kekecewaan dan lain sebagainya, bagai mana tidak, pejabat sekelas anggota DPR, kepala daerah, bahkan pelajar, adalah orang yang berpendidikan, orang yang sudah tentu tahu mana yang baik dan mana yang buruk dalam hidup. Bangsa ini sudah mengalami degradasi moral yang cukup parah, lalu kemudian akan muncul pertanyaan, apanya yang salah.?.
B.   Pembahasan
Permasalahan yang disampaikan diatas merupakan masalah yang harus segera untuk diselesaikan, masalah yang sangat penting untuk segera di tuntaskan agar masa depan bangsa dan negara Indonesia tidak masuk dalam kehancuran. Sorotan yang dalam terhadap berbagai masalah diatas mengarah kepada moralitas dan karakter bangsa yang sudah mulai memudar, banyak cara yang harus ditempu dalam mengikis sedikit demi sedikit masalah ini. Seperti yang kita ketahui, manusia sebenarnya memiliki daya cipta, rasa dan karsa. Karena itu, ketika hanya daya cipta (IQ) saja yang diasah, maka terjadi ketidakseimbangan. Lalu apa yang terjadi?, bisa dimungkinkan terjadinya degradasi moral. Salah satu penyebabnya adalah efek dari pola pendidikan yang hanya menitik beratkan pada daya cipta (kognisi / IQ) saja dan mengabaikan rasa (afeksi / EQ) dan karsa (action), seharusnya terdapat keseimbangan antara kecerdasan kognitif (pengetahuan), perasaan (afektif) dan tindakan (action) hal ini akan membangun kekuatan karakter diri yang baik. Karakter diri sangatlah penting peranannya. Sebab, karakter diri adalah cara pikir dan prilaku yang khas dari individu untuk hidup dan bekerjasama dengan sekitarnya. Terkadang, karakter diri seseorang terasa tidak seimbang. Ada orang yang memiliki ide-ide brilian namun tidak mampu bekerjasama dengan teamworknya. Itu menunjukkan orang tersebut memiliki kecerdasan IQ yang baik sedang kecerdasan emosionalnya buruk. Ada juga orang yang memiliki otak cemerlang, dia juga baik, namun malas bekerja. Itu menunjukkan actionnya lebih lemah dibanding IQ dan EQ nya. Karakter diri akan semakin kuat jika ketiga aspek tersebut terpenuhi. Karakter diri yang baik ini akan sangat menentukan proses pengambilan keputusan, berperilaku dan cara pikir kita. Yang pada akhirnya akan menentukan kesuksesan kita. Lihat saja, seorang Nelson Mandela meraih simpati dunia dengan ide perdamaiannya. Bunda Teresa menggetarkan dunia dengan rasa cinta dan kepedulian terhadap sesamanya. Bung Karno dengan ide, kegigihan dan kecerdasannya masih terasa bagi kita bangsa Indonesia yang telah melalui tahun millennium.
Semua itu adalah wujud dari kekuatan karakter yang mereka miliki. Ini menegaskan bahwa, karakter seseorang menentukan kesuksesan individu. Dan menurut penelitian, kesuksesan seseorang justru 80 persen ditentukan oleh kecerdasan emosinya, sedangkan kecerdasan intelegensianya mendapat porsi 20 persen.

1.      Pilar Pendidikan Karakter

      Dennis Coon dalam bukunya Introduction to Psychology : Exploration and Aplication mendefinisikan    karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Jumat, 21 Desember 2012

Instrumen Penelitian (Tips Kuesioner).

Menulis.!, adalah kata yang bagi sebagian orang sangat menjemukan. Mati ide dan malas memulai merangkai kata adalah alasan yang paling klasik yang sering kita temukan disekitar dunia menulis. Menulis bukan hanya menuangkan isi hati namun juga mencurahkan pikiran yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Satu hal lagi yang mungkin paling menjemukan bagi sebagian orang, misalnya mahasiswa dalam  membuat skripsi, tesis dan desertasi, membayangkan saja sudah kalut duluan, namun demikian membuat skripsi, tesis atau desertasi adalah sebuah proses yang mau tak mau harus dilalui untuk mencapai tujuan akhir kesarjanaan. Menulis skripsi, tesis atau desertasi, tentunya ada beberapa tata aturan yang harus dilalui, mulai dari mengumpulkan beberapa masalah yang dimungkinkan menjadi latar belakang dalam sebuah penelitian, mencari semua kajian pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian sampai dengan tataran yang berhubungan dengan metodologi penelitian yang akan diterapkan dalam sebuah penelitian.
Metodologi penelitian merupakan sebuah tataran dalam penelitian yang tujuannya untuk memberikan jalan kepada pemecahan masalah yang ditemukan, metodologi penelitian berisi tentang  rancangan penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian, instrument yang akan dipakai dalam penelitian dan yang terakhir adalah memberikan rumusan analisis terhadap data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam tataran metodologi penelitian, menurut saya yang paling penting untuk dipahami dan menjadi inti dalam sebuah penelitian, untuk mendapatkan hasil yang baik, yang dituju pertama adalah yang berhubungan dengan instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk menghubungkan antara peneliti dan yang kan diteliti, bisa dibayangkan andai saja alat yang digunakan untuk menghubungkan keduanya tidak baik maka mustahil sebuah penelitian akan dinyatakan baik dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
  Dalam penelitian terdapat beberapa jenis instrument antara lain: 1). Tes, 2). Kuesioner, 3). Skala semantic deferensial, 4). Observasi, 5). Wawancara, dll. Sebuah instrument penelitian dikatakan baik apabila sudah dinyatakan valid dan reliable. Dalam Syahron Lubis (2011:72) yang dimaksud dengan :
1. Valid (sahih) yaitu instrument yang mengukur apa yang hendak diukur.
2. Reliabel (konsisten/handal) yaitu instrument yang menghasilkan hasil pengukuran yang tetap (konsisten) jika dilakukan pengukuran berkali-kali terhadap subyek/obyek yang sama oleh orang berbeda, hasilnya akan sama.
Menurut Syahron Lubis (2011:73), Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kuesioner adalah sebagai berikut :
1.Tuliskan definisi operasional variable yang akan diukur
2.Berdasarkan teori yang ada, tentukan indicator-indikator variable/konstrak tersebut ( susun kisi-kisi instrument).
3. Susun butir-butir pernyataan untuk mengukur masing-masing indikator.
4. Tentukan skala pengukuran, (misalnya dengan skala Likert).
5. Susunlah keseluruhan instrument, termasuk kata pengantar.
6.Konsultasikan instrument tersebut kepada beberapa pakar (panel of experts) untuk menetapkan validitas instrument tersebut.
7. Perbaiki instrument itu berdasarkan pendapat para pakar. Pelajari item per item termasuk  bahasanya.
8. Uji cobakan instrument tersebut.
9.Analisis hasil uji coba, khususnya untuk menentukan koefisien reliabilitasnya.
10.Apabila banyak butir pernyataan yang dibuang karena konsistensi internalnya rendah, maka pertimbangkan kembali validitas instrument tersebut.
Setelah mengetahui langkah-langkah pengembangan kuesioner dalam sebuah instrumen, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir pernyataan atau pertanyaan dalam sebuah kuesioner, antara lain :
1. Hindari pernyataan yang didukung atau bertentangan dengan norma sosial (socially desirable dan socially undesirable statements).
2. Hindari pernyataan yang menanyakan fakta.
3. Jangan menggunakan kata “tidak” dua kali dalam satu pernyataan (double-negative statement).
4. Jangan menanyakan dua masalah dalam satu pernyataan (double barreled statement).
5. Lebih baik menggunakan pernyataan tidak langsung (indirect statement) daripada pernyataan langsung (direct statement).
6. Hindari menggunakan kata-kata yang mempunyai arti ganda (ambiguous statement).
7. Gunakan kalimat yang singkat dan jelas.
8.Gunakan pernyataan positif dan pernyataan negative hampir sama banyaknya.
(Syahron Lubis, 2011:74).
  Dengan membaca beberapa penyampaian diatas, ternyata membuat sebuah instrument penelitian sangatlah tidak mudah, namun demikian apabila kita mengikuti kaidah yang sudah dijabarkan, semoga instrument penelitan yang dibuat nantinya akan menjadi instrument yang bermutu, artinya isntrumen yang valid dan reliable. Berikut disampaikan penjabaran pembuatan instrument penelitian untuk dipahami lebih jauh, silahkan Down Load disini filenya untuk mendapatkan hasil lengkapnya.

Semoga bermanfaat.

Reff:
Syahron Lubis.2011.Metodologi Penelitian.Padang.Sukabina Press.
Ary.D, Jacobs.L,Razavieh.A et all. 2006. Introduction to Research in Education (7th ed). Canada. Thomson Wadsworth.




Selasa, 04 Desember 2012

Membumikan Kejujuran


Membaca judul opini ini, kelihatanya terlalu berat, dimasa kita memijak bumi hingga umur saat ini, betapa tidak, kejujuran seolah barang langka yang semakin lusuh dan lenyap diperedaran kehidupan kita, mulai dari institusi negara, petinggi negara sampai pada lingkungan keluarga, banyak berlaku tidak jujur,contoh nyatanya adalah korupsi. Korupsi merupakan implikasi sebuah ketidak jujuran. Bisa dibayangkan apabila pemimpin institusi tinggi saja tidak bisa memberikan contoh yang baik, tentu masyarakatnya akan ikut latah untuk menirunya.
  Ada pepatah di pinggiran jawa sana mengatakan “wong jujur malah ajur”, maksudnya orang yang berlaku jujur malah hancur. Kejujuran sudah semakin langka dan banyak dimusuhi, ataukah mungkin sudah menjadi sunatullah,  bahwa melakukan hal yang baik lebih susah dari melakukan maksiat dan perbuatan dosa. Dalam sebuah hadist diriwayatkan :
“Sesungguhnya kejujuran membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur  dan membiasakan untuk jujur hingga dicatat disisi Allah sebagai seseorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta membimbing pada kejahatan dan kejahatan akan membimbing keneraka. Dan seorang hamba senantiasa berdusta dan membiasakan untuk dusta hingga di catat disisi Allah sebagai seorang pendusta. “(HR.Al-Bukhari. No.6094 dan Muslim No.2607).
Masih banyak hadist dan ayat Al-qur’an yang mengupas tentang kejujuran, bahkan Allah menuntun untuk mencontoh sikap jujur dari Rosulullah, atau sebagai uswatun hasanah. Memupuk sebuah kejujuran bukanlah cara yang gampang namun patut kita jalankan dan dicobakan, berkata jujur memang pahit dan tentu banyak musuhnya, banyak berlawanan dengan orang-orang yang berkepentingan lain. Allah menyampaikan selemah-lemahnya iman manusia adalah dengan diam, apabila tidak berdaya berhadapan dengan kedzoliman, maukah kita dicap sebagai orang yang beriman lemah bahkan yang mengatakan adalah yang memberikan nafas kepada hidup kita..?.
   Keluarga adalah benteng paling pertama untuk memupuk subur kejujuran, jangan lagi berlaku mencontohkan ketidak jujuran kepada keluarga kita, anak-anak kita, yang dilakukan seolah tidak sadar, semisal kita sebagai orang tua kedatangan tamu dirumah sementara kondisi badan lagi malas atau tidak suka dengan tamu yang datang, kemudian menyuruh anak kita untuk bilang bahwa orang tuanya tidak ada, sementara kita mengajarkan untuk berbuat jujur kepada anak kita, tingkah orang tua tersebut dianggap anak adalah sebuah pembenaran untuk berlaku tidak jujur, hal ini akan terekam sampai kehidupan si anak dewasa nantinya. Masih banyak contoh kecil yang seolah kita anggap sebagai pembenaran atas sikap tidak jujur, namun sebenarnya hal demikian adalah fatal untuk pendidikan anak.
   Membumikan kejujuran dapat terwujud manakala ia selalu belajar menjalani kehidupan ini dengan lima hal, yaitu iman, ikhlas, ihsan, ilmu, dan istiqamah. Dengan iman, kita yakin Allah pasti mengawasi dan mencatat seluruh amal perbuatannya. Dengan ikhlas, kita dididik untuk melakukan sesuatu dengan mengharapkan ridha Allah. Dengan ihsan, kita akan berbuat yang terbaik untuk orang lain. Dengan ilmu, kita tahu perbuatan halal dan haram. Dan, dengan istiqamah, kita belajar mengawal kebaikan dan kebenaran yang sudah dibiasakannya menjadi lebih baik dan lebih diridhai Allah SWT.
“Tiga golongan manusia yang pada hari kiamat kelak tidak akan dipandang oleh Allah dengan rahmat-Nya, bahkan mereka itu akan memperoleh siksaan yang menyakitkan, yaitu orang tua yang berbuat zina, penguasa yang berdusta, dan orang melarat yang sombong.” (HR Muslim).
Tidak perlu berkata banyak untuk membumikan berbuat jujur, mulailah dari kita sendiri, sekalipun sering kali terjadi benturan, konflik dan pertentangan, berhadapan dengan kedzaliman adalah perjuangan berat, tetapi paling tidak kebaikan kita berbuat jujur, dimata Allah.SWT, kita sudah dicatat termasuk kedalam golongan orang yang jujur.Wuallahua'lam.

Selasa, 27 November 2012

Gunung itu Bergerak.!?.. Benarkah ?







“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS An-Naml:88]
     Keindahan alam pegunungan merupakan sebuah idaman bagi orang-orang tertentu, kesejukan udaranya, pemandangan alamnya yang serba hijau, mungkin kita tidak pernah menyangka bahwa pegunungan tinggi yang menjulang itu ternyata dapat bergerak.Manusia menganggap pergerakan ini adalah hal yang tidak masuk akal, namun secara jelas ayat Al-Qur’an telah membahasnya 14 abad yang silam.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener, baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner,At.Al,1985:30).Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini, dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978:12).
     Sekali lagi sudah terbukti kebenaran Al-Qur’an, ribuan tahun yang lalu telah disebutkan semua keajaiban yang terjadi dialam, Mahan Benar Allah dengan segala Firman-Nya. Maka sangat bodohlah kita apabila sudah mengetahui semua kebenaran itu, ternyata masih ingkar terhadap kitab tersebut.
Ref:
Holy Qur’an
http://hawaii.hawaii.edu


Senin, 26 November 2012

Ada Apa di Balik Awan ?


  Masih berbincang tentang keajaiban Al-Qur’an tentang alam, dalam Al-qur-an telah berbicara dan mengungkap fakta tentang kejadian dialam raya, nyatanya ilmu pengetahuan baru bisa mengungkap setelah ribuan tahun berlalu sejak diwahyukan Al-Quran kepada Rasullullah Muhammad.SAW.

 Sejenak kita melihat gumpalan awan yang ada pada ketinggian, terlihat putih, lembut, seolah merupakan benda yang rapuh, selain itu juga terdapat keindahan yang terlihat didalamnya.Fakta lain didalam Al-Qur’an menyebutkan :











Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Qs. An-Nur:43)

   Awan yang kita lihat begitu lembut, ternyata menyimpan misteri, edaran awan dialam semesta merupakan siklus yang panjang dalam ilmu pengetahuan,kala dulu kita ingat pelajaran ilmu alam tentang terjadinya hujan, secara gamblang kita sebutkan kemudian, bahwa air laut,atau sumber air yang lain, ketika terkena sinar matahari dan mengalami penguapan, kemudian terjadilah gumpalan awan, karena diatas ketinggian, uap air yang berbentuk awan itu mengalami perubahan suhu, yang tadinya panas berubah menjadi dingin dan kemudian jadilah butiran air, diturunkan dalam bentuk hujan.Subhanallah... Lalu bagaimana dengan petir..?